no fucking license
Bookmark

Untuk apa menjadi aktivis di organisasi BEM, UKM, atau ormawa lainnya hanya buang-buang waktu saja !

Untuk apa menjadi aktivis di organisasi BEM, UKM, atau ormawa lainnya hanya buang-buang waktu saja !


Masa pandemi akibat covid-19 hampir di seluruh penjuru negara merasakan dampaknya. Organisasi dari lingkup internasional, lingkup nasional, bahkan sampai lingkup daerah juga merasakan dampak pandemi covid-19. Salah satunya adalah program kerja yang semestinya dapat berjalan sesuai waktu, tempat dan konsep yang sudah ditentukan dari jauh sebelum waktu pelaksanaan, karena pandemi covid-19 menjadi terkendala dan harus diciptakan solusi akan pelaksanaan dan cara bergerak organisasi tersebut. 

Akan tetapi dalam pembahasan artikel ini tidak akan melebar hingga organisasi internasional melainkan hanya sebatas lingkup mahasiswa. Ormawa atau organisasi mahasiswa terdapat organisasi internal kampus dan eksternal kampus. Beberapa dari organisasi internal kampus seperti BEM, UKM, HMJ dsb. Dan eksternal kampus yang banyak sekali. Perlu saya tekankan yang saya maksud hanya ormawa yang tidak bergerak dalam rasisme, anarkis dsb.

Tidak dapat dipungkiri teman-teman mahasiswa yang tergabung dan aktif dalam organisasi seperti BEM, UKM, HMJ atau organisasi eksternal kampus tentu merasakan dampak yang telah dipaparkan di atas. Melihat dari seorang mahasiswa atau mahasiswi baik kita wakilkan saja untuk mencakup keduanya kita sebut dengan mahasiswa saja. Mahasiswa tentunya memiliki perbedaan pada kegiatan sehari-hari dalam masa perkuliahan. Ada yang aktif dan ada yang pasif atau biasa disebut kupu-kupu (KUliah PUlang – KUliah PUlang).


Lawan dari kupu-kupu biasanya dengan sebutan mahasiswa kura-kura (KUliah RApat – KUliah RApat) yang identik tergabung dan aktif di organisasi mahasiswa. Dari macam-macam kesibukan tersebut jika melihat dari kondisi sekarang, banyak mahasiswa yang lebih memilih untuk bekerja. Dengan tekanan membayar UKT yang tinggi, dan sedikitnya keringanan dari kampus, mahasiswa berkeinginan membantu orang tua untuk membayar biaya administrasi kampus. Selain itu, ada mahasiswa yang sudah sukses berkarir merintis usahanya sendiri sehingga hal tersebut yang menyibukkannya selain perkuliahan yang banyak tugas. 

Kemudian untuk menjadi seorang aktivis organisasi adalah hal yang buang-buang waktu saja. Jika diperhitungkan waktu untuk rapat, berkumpul, melakukan kegiatan itupun tidak memakan waktu yang sedikit. Sehingga waktu menjadi tersita dan tidak menjadi leluasa seperti mahasiswa yang merdeka. Dan juga terdapat gagasan bahwa aktif dalam organisasi mahasiswa kurang diminati karena hal-hal yang dilakukan monoton itu-itu saja. Jika seperti ini, bukannya lebih baik bekerja saja ? malah bisa menambah isi kantong. 

Pernah saya ikut nimbrung perdebatan antara teman mahasiswa, mereka yang aktivis dan mereka yang tidak mengikuti organisasi. Seorang teman saya yang aktivis pernah mengatakan kurang lebihnya seperti ini “Jika kamu kuliah pulang – kuliah pulang kamu akan menjadi apatis terhadap dunia sosialmu terutama lingkup kampus. Hubunganmu juga akan kurang erat dengan mahasiswa lainnya. Kamu juga harus tahu kita kuliah bukan nilai saja yang dikejar, tetapi perlu ikut aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yang bergerak di tengah-tengah dinamika masyarakat. Jadi belajar tidak hanya di perkuliahan saja, tetapi perlu juga di luar itu.”. 

Balas mahasiswa yang tidak ikut dalam organisasi “Lihat dirimu yang lebih memperhatikan orang lain, daripada dirimu sendiri. Menurut saya, saya harus memiliki waktu yang luas, menjadi mahasiswa yang merdeka tanpa ikatan aturan lagi dari organisasi mahasiswa. Banyak yang harus saya kerjakan.”. Semakin panas perdebatan itu jika dilanjutkan. 

Tetapi hal tersebut juga tidak selalu benar. Menurut saya kuliah itu adalah sebuah proses bukan merupakan tujuan akhir. Sederhananya begini dia yang mempelajari ilmu hukum yang biasanya setelah lulus menjadi advokat, hakim, jaksa, HRD atau yang lain. Tetapi dia malah menjadi pengusaha sukses di bisnis yang dia rintis selama masa kuliah. Dia yang kuliah pulang – kuliah pulang melanjutkan belajar di kosan.

Baik hal-hal tersebut merupakan sebuah proses atau perjalanan hidup, sebuah proses dari belajar selama kuliah. Andaikan saja salah seorang mahasiswa yang tidak dapat melanjutkan kuliah karena tidak  bisa melengkapi administrasi, kemudian mahasiswa tersebut drop-out dari kampus ? apabila dia dari awal memiliki gagasan kuliah adalah sebuah proses bukan merupakan sebuah tujuan akhir maka dia akan tetap berproses dengan jalan lain, tentunya dengan bekal yang telah dia pelajari dari kampus sebelumnya. Dalam arti lain, berproses itu adalah perjalanan yang panjang dan kampus biru bukan tujuan akhir dari perjalanan tersebut. Tentunya kita tidak mengharapkan adanya mahasiswa drop-out karena masalah finansial, mengingat Pendidikan itu penting, semoga kita dilancarkan rejekinya, Aamiin.

Sebelum artikel ini saya pernah menulis bahwa setelah lulus SMA atau sederajat harus diperhitungkan dan dipikirkan secara matang. Untuk tujuan apa kuliah itu ? Mengapa saya harus kuliah ? atau Mengapa saya harus mengambil jurusan ini ? masing-masing dari kita harus bisa menjawab pertanyaan semacam ini. Sehingga tujuan untuk melanjutkan ke Pendidikan Tinggi itu jelas dan kita paham, bukan malah untuk ajang gengsi, ikut-ikut teman saja, dan/atau kuliah hanya untuk keinginan bukan untuk kebutuhan. Terkadang ketika mengambil jurusan kuliah, ada gagasan jurusan mana yang mudah, jurusan mana yang prospek kedepan bagus dan banyak lapangan pekerjaannya ? kemudian setelah berjalannya kuliah dan waktu semester akhir menyesal karena merasa salah jurusan. Hal ini tidak sedikit terjadi dikalangan mahasiswa yang ragu dan belum menentukan tujuannya secara jelas mengapa harus kuliah. 

Pada kesimpulannya dalam meraih tujuan tersebut, Ketika berproses selama masa kuliah terdapat banyak pilihan, banyak jalan untuk belajar. Sehingga dia yang memilih jalan untuk menjadi aktivis sebagai jalan belajar tersebut, dia memilih organisasi yang bergerak untuk mengasah literasi, keilmuan, intelektualitas, teman yang sefrekuensi untuk membangun bisnis dan/atau bekerja secara tim yang dia harapkan dapat membantunya mencapai tujuannya. 

Atau dia yang memilih untuk bekerja, merintis bisnis sejak kuliah, atau yang belajar di kosan. Marilah untuk saling mendukung, karena dengan mengetahui beda jalan yang dipilih selama berproses untuk mencapai tujuan. Dan jangan merasa paling besar usahanya dalam mencapai tujuan Ketika sudah bergabung dan aktif di organisasi mahasiswa. Serta jangan berkecil hati sebagai mahasiswa yang tidak begabung dan tidak aktif di organisasi mahasiswa. 

Yang terpenting adalah usaha yang terus berlanjut, motivasi dari siapapun, dan doa kepada Tuhan agar dalam berproses kita dilancarkan. Jangan takut untuk memiliki impian yang besar, tapi takutlah ketika kita tidak memiliki impian, tidak perlu untuk berkecil hati melihat perbedaan kemampuan diri sendiri dari orang lain, selama kita berusaha gigih percayalah kita akan mendapatkannya. Dan dalam perbedaan memilih jalan untuk berproses, kita tidak perlu menyalahkan jalan orang lain, karena berbeda dengan jalan yang kita tempuh, perlu diingat bahwa setiap perbedaan jangan mencoba untuk disamakan, jelas itu sulit untuk disamakan, tetapi marilah antar mahasiswa, kita bergerak dengan paradigma bahwa masing-masing setiap pribadi itu istimewa.

Posting Komentar

Posting Komentar

Silahkan memberi tanggapan yang membangun